LISOSOM
MAKALAH FISIOLOGI TUMBUHAN
OLEH :
LIZA WATI (1184205)
YAYAN NITA (1184205)
DOSEN
PENGAMPU :
JUMIATI,M.Pd.
PRODI :
BIOLOGI
FAKULTAS
PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
LANCANGKUNING PEKANBARU
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Lisosom
merupakan organel pencerna yang ada dalam sel hewan. Pada sel tumbuhan organel
ini lebih dikenal sebagai vakuola, yang selain untuk mencerna, mempunyai fungsi
menyimpan senyawa organik yang dihasilkan tanaman. Seperti halnya RE, aparatus
Golgi, lisosom juga tersusun dari membran seperti halnya membran sel, tetapi
hanya terdiri dari satu lapis saja.Hasil pengamatan dari mikroskop electron
menunjukkan bahwa bentuk dan ukuran lisosom sangat bervariasi. Meski demikian
lisosom tetap dapat diidentifikasi sebagai salah satu organel sel.
Lisosom
terbagi menjadi beberapa macam jika ditinjau darisegi fisiologis. Didalamnya
ada lebih dari 40 jenis enzim hidrolitik asam. Selain itu fungsi utama lisosom
adalah endositosis, fagositosis, dan autofagi. Begitu banyak keunikan dan
karakteristik dari lisosom yang membedakannya dari organel sel lainnya.
Macam, peranan, struktur serta fungsinya pun sangat kompleks.Berdasarkan latar
belakang di atas, maka kami mencoba membahas mengenai lisosom dan semua hal
yang berkaitan dengannya. Baik dari macam, fungsi, enzim-enzim di dalamnya dan
lain-lain, agar kita lebih mengetahui dan memahami mengenai organel sel yang
bernama lisosom.
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Jelaskan
sejarah penemuan lisosom!
2. Bagaimana
struktur dari lisosom?
3. Bagaimana
proses pembentukan lisosom?
4. Jelaskan
fungsi dan peranan lisosom?
5. Kelainan
apa saja yang terjadi akibat lisosom?
1.3
Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah:
1. Mampu
menjelaskan mengenai sejarah penemuan lisosom
2. Mampu mengetahui
struktur lisosom
3. Mampu
mengetahui proses pembentukan lisosom
4. Mampu
menjelasakan mengenai fungsi dan peranan dari lisosom
5. Mampu
mengetahui kelainan akibat lisosom
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Penemuan Lisosom
Lisosom
ditemukan pada tahun 1950 oleh Christian de Duve dan dipostulatkan olehnya pada
tahun 1955 dari data biokimia. Sebelumnya de Duve dan kawan-kawannya mencoba
meneliti kandungan enzim dari fraksi-fraksi yang dipisahkan dari homogenate sel
hati tikus melalui pemusingan atau sentrifugasi deferensial. Hal menarik
perhatian mereka adalah penelitian tentang enzim dan fraksi yang dikandung oleh
mitokondria. Mereka mencoba memperhalus prosedur pemusingan, dan mereka
berhasil mendapat fraksi yang kompleks, walau serupa dengan mitokondria dan
sifat-sifat sedimentasinya, tetapi ada enzim yang berbeda dengan apa yang ada
pada mitokondria.
Dalam fraksi
ini mereka secara tidak sengaja mendapat sejumlah enzim hidrolitik, termasuk
fosfatase asam. Mereka kemudian melakukan eksprimen biokimia yang menghasilkan
postulat bahwa enzim hidrolik akan tertampung dalam vasikel berukuran 0,4 µm,
dan bahwa setiap vesikel akan dibatasi membran yang mencegah enzim ini bereaksi
dengan substrat dalam sitoplasma. Menyadari bahwa badan-badan kecil dalam
fraksi ini bukan mitokondria tetapi,malahan sejenis organel sitoplasma baru.
Akhirnya mereka pun mengusulkan nama lisosom untuk organel sel ini.
Lisosom
ditemukan setelah mempelajari distribusi beberapa jenis enzim yang terlibat di
dalam metabolisme karbohidrat. Salah satu enzim yang terlibat di dalam
metabolisme karbohidrat. Salah satu enzim yang dipelajari adalah fosfatase asam
yang memecah gugus fosfat pada beberapa fosfat yang mengandung ester fosfat
2.2 Struktur Lisosom
Lisosom adalah organel pencerna pada sel hewan dan di temukan disemua sel
eukariotik. Lisosom berasal dari bahasa Latin (kata lyso = pencernaan dan soma
= tubuh). Lisosom adalah organel yang termasuk dalam system endomembran, produk
dari ER kasar dan Golgi apparatus.
Lisosom memiliki keanekaragaman morfologi. Berbentuk agak bulat dan
dikelilingi oleh membran tunggal bilayer yang digunakan untuk mencerna
makromolekul.
Organel ini
bermembran bulat, dengan diameter yang begitu kecil (hanya 0,2 µm sampai 0,4
µm) sehingga sukar dilihat dalam mikroskop. Jumlah lisosom dalam sangat
bervariasi menurut jenis selnya. Namun, ciri paling mencolok pada organel
khusus ini adalah bahwa ia mengandung sejumlah besar enzim hidrolase asam yang
aktivitas enzimnya aktif pada keadaan pH kurang lebih 5.
1.
Membran
lisosom
Lisosom dapat mempertahankan kondisi asam ini dengan cara membran lisosom
memompa ion hidrogen dengan menggunakan bantuan ATP sebagai sumber energi dari
sitosol ke dalam lumen lisosom. Proses masuknya ion hidrogen ini karena membran
lisosom mengandung protein integral yang kandungan glikosilatnya tinggi dan
terdapat garis pelindung dari karbohidrat yang mampu melindungi membran dari
kerusakan. Membran lisosom juga sangat terglikosilasi yang dikenal dengan
lysosomal-associated membran proteins (LAMP). Sampai saat ini sudah terdeteksi
LAMP-1, LAMP-2, dan CD63 atau LAMP-3. LAMP berguna sebagai reseptor penerimaan
kantong vesikel pada lisosom.
Lisosom memiliki protein maker yang disebut sebagai “Docking-marker
acceptor”. Dengan demikian, lisosom akan dapat berfusi dengan vesikula-vesikula
target dengan tepat. Beberapa molekul sederhana dapat menembus membran lisosom,
misalnya quinakrin. Quinakrin dapat meningkatkan pH di dalam lisosom jika
diberikan ke dalam sel. Quinakrin digunakan di laboratorium sebagai inhibitor
fungsi lisosom. Lisosom memiliki fungi pencernaan intra sel yang sangat luas
meliputi pencernaan bahan-bahan intra dan ekstra sel, mikroorganisme yang telah
difagositosis dan program kematian sel selama organogenesis
`
2.
Enzim
Lisosom
Ada banyak macam enzim yang terkandung dalam lisosom. Yang khas dari
lisosom adalah terdiri atas sekitar 50 enzim hidrolitik yang berbeda yang
dihasilkan di dalam RE kasar. Enzim ini disebut dengan lisozom. Enzim-enzim ini
dapat menghidrolisis semua bentuk makromolekul antara lain polisakarida, lipid,
fosfolipid, asam nukleat, dan protein. Enzim hidrolisis tersebut bekerja
optimum pada pH asam (sekitar 4,6). Kondisi asam ini dihasilkan dari pompa
proton di membran organel . Jika dikelompok-kelompokkan, maka ada kelompok
enzim fosfatase, nuclease, protease, dan enzim pemecah lipid. Dari semua
kelompok enzim ini, enzim fosfatase asam adalah yang terbanyak. Substratnya
sebagian besar adalah ester dan lisosomnya sendiri berasal dari
jaringan-jaringan hewan, tumbuhan maupun protista. Enzim fosfatase yang lain
adalah monofosfat dan fosfodiesterase asam yang substratnya oligonukleotida dan
diester fosfat.
Berikut ini merupakan tabel pengelompokkan beberapa enzim yang terdapat
pada lisosom.
Tabel 1. Pengelompokkan enzim
lisosom
Enzim
|
Substrat
|
Phosphatase:
Acid
phosphatase
Acid
phosphodiesterase
|
Phosphomonoesterus
Phosphodiesters
|
Nucleases:
Acid
ribonuclease
Acid
deoxyribinuclease
|
RNA
DNA
|
Proteases:
Cathepsin
Collagenase
|
Protein
Collagen
|
GAG-hydrolizing enzymes:
Iduronate
Sulfatase
Β-galactosidase
Heparan
N-sulfatase
α-N-
Acetylglucosaminidase
|
Dermatan
sulfate
Keratan
sulfate
Heparan sulfate
Heparan
sulfate
|
Polysaccharidases dan
Oligosaccharidases:
α-glucosidase
Fucosidase
α-manosidase
Sialidase
|
Glycogen
Fucosyloligosaccharides
Mannosyloligossacharides
Sialyloligosaccharides
|
Sphingolipid hydrolyzing enzymes:
Ceramidase
Glucocerebosidase
β-Hexosaminidase
Arylsulfatase
|
Ceramide
Glucosylceramide
GM2ganglioside
Galactosylsulfatide
|
Lipid hidrolysing enzimes:
Acid
lipase
Phospholipase
|
Triacylglycerols
Phospholipids
|
Enzim yang tergolong dalam nuclease adalah RNA ase substratnya RNA, dan DNA
ase substratnya DNA. Asal lisosom keduanya sama yaitu berasal dari jaringan
hewan, tumbuhan, dan protista. Enzim hidrolase terdiri dari: α-galaktosidase
substratnya galaktosida asal lisosomnya adalah jaringan hewan, tumbuhan, dan protista;
α-glukosidase substratnya glikogen; α-manosidase substratnya manosida; dan α-glukoronidase substratnya polisakarida dan
mukopolisakarida. Enzim berikutnya adalah enzim yang termasuk ke dalam golongan
enzim protease yakni enzim katepsin substratnya protein, asal lisosomnya adalah
sel hewan. Berikutnya adalah enzim kolagenase, substratnya kolagen, asal
lisosomnya adalah sel tulang. Enzim terakhir dalam kelompok protease adalah
peptidase, substratnya peptide, asal lisosomnya adalah jaringan hewan, tumbuhan,
dan protista.
Berikutnya adalah enzim-enzim perombak lipid yang terdiri dari esterase
substratnya ester asam lemak, asal lisosomnya adalah jaringan hewan, tumbuhan,
dan protista. Enzim fosfolipase dengan substratnya fosfolipid, lisosomnya juga
berasal dari jaringan tumbuhan. Jika ditinjau dari segi fisiologis, lisosom
terdiri dari dua kategori yaitu:
1.
Lisosom primer yang berisi enzim-enzim hidrolase dan lisosom sekunder yang
selain berisi hidrolase juga terdapat substrat yang sedang dicerna.
2.
Vakuola pencernaan yang berasal dari fusi antara fagosoma atau endosoma dengan
lisosom primer pada beberapa macam sel hewan.
Ada dua macam lisosom, yaitu lisosom
primer dan sekunder. Lisosom primer memproduksi enzim-enzim yang belum aktif.
Fungsinya adalah sebagai vakuola makanan. Lisosom sekunder adalah lisosom yang
terlibat dalam kegiatan mencerna. Ia berfungsi sebagai autofagosom. Lisosom
primer pada umumnya adalah vesikuli yang berbalutkan protein yang disebut
klatrin. Klatrin akan lepas begitu vesikuli juga lepas. Lisosom yang pertama
dibentuk oleh sel dan belum terlibat dalam aktivitas pencernaan sel disebut
lisosom primer. Sedangkan lisosom sekunder adalah lisosom yang merupakan hasil
fusi berulang antara lisosom primer dengan berbagai substrat yang berbatas
membran (Albert et al., 1983). Dengan demikian, lisosom sekunder telah terlibat
dalam aktivitas pencernaan sel dan di dalam lumennya terdapat substrat dan
enzim-enzim hidrolitik.
Lisosom sekunder memiliki dua fungsi
yang berbeda, yaitu:
1. Heterolisosom, yaitu bila substrat yang
dicerna berasal dari luar sel.
Dengan demikian, heterolisosom dibentuk dari hasil fusi antara lisosom primer dengan fagosom atau endosom. Heterolisosom sering disebut sebagai vakuola pencerna. Albert et al. (1983) membagi heterolisosom menjadi dua tipe, yaitu:
Dengan demikian, heterolisosom dibentuk dari hasil fusi antara lisosom primer dengan fagosom atau endosom. Heterolisosom sering disebut sebagai vakuola pencerna. Albert et al. (1983) membagi heterolisosom menjadi dua tipe, yaitu:
a)
Vakuola pencerna, yaitu hasil fusi antara fagosom (partikel-partikel yang
difagositosis seperti bakteri) dengan lisosom primer.
b)
Badan-badan multivesikula, yaitu hasil fusi antara beberapaendosom (substrat
yang masuk secara endositosis dan bukan dalam bentuk partikel) dengan lisosom
primer. Dengan demikian, badan-badan multivesikula merupakan kantung-kantung
berbatas membran dimana di dalamnya mengandung banyak vesikula- vesikula kecil
dengan diameter berkisar 50 nm.
2. Vakuola autofagi atau autolisosom, yaitu
lisosom yang mengandung dan mungkin mencerna substrat-substrat intraseluler
yang berbatas membran (sitosegresom), misalnya organel-organel intraseluler
seperti mitokondria. Autolisosom dibentuk dari hasil fusi antara sitosegresom
dengan lisosom primer.
Dalam sel, sesungguhnya terdapat
kerjasama yang erat antara heterolisosom dengan autolisosom. Selama heterofagi
berlangsung, protein- protein ditempatkan di dalam vesikula-vesikula endosom,
kemudian berfusi dengan lisosom primer dan selanjutnya mengalami hidrolisis.
Selama auto- fagi, sitosegresom berfusi dengan lisosom primer membentuk
autolisosom dan memasuki siklus pencernaan intrasel.
Tergantung pada keadaan
fisiologisnya, vakuola pencerna atau vakuola autofagi pada akhirnya mengalami
satu dari tiga kemungkinan yang terjadi, yaitu:
1.
Mengosongkan kandungannya dengan cara eksositosis atau defekasi seluler
2. Menjadi
bahan residu tanpa bahan hidrolase
3. Menghidrolisis kandungannya secara sempurna
untuk dapat berdifusi dan selanjutnya siap untuk siklus aktivitas yang baru.
Tentang pembentukan sitosegresom, ada beberapa pandangan yang diusulkan,
yaitu:
1.
Sitosegresom dibentuk dari suatu membran sisterna yang melingkupi mitokondria
secara sempurna dan selanjutnya diikuti dengan degenerasinya membran dalam
2.
Sitosegresom dibentuk dari suatu membran yang melingkupi mitokondria secara
sempurna
3.
Sitosegresom dibentuk dari vesikula endosom yang melingkupi mitokondria secara
sempurna yang selanjutnya diikuti dengan berdegenerasinya membran dalam;
4.
Sitosegresom dibentuk dari vesikula endosom, dimana mitokondria memasuki
vesikula endosom melalui suatu celah
Bentuk akhir heteroslisosom dan autolisoson disebut telolisosom atau
postlisosom atau badan residu. Bahan-bahan yang terkandung di dalam telolisosom
sewaktu-waktu dapat dilepaskan. Proses pelepasannya dinamakan defekasi seluler.
Bahan-bahan yang telah dicerna di dalam lisosom dapat kembali dilepaskan ke
dalam sitoplasma dan selanjutnya terlibat di dalam proses katabolisme atau
anabolisme
2.3 Proses Pembentukan Lisosom
Lisosom dibentuk dari protein yang dihasilkan oleh ribosom dan kemudian
masuk ke retikulum endoplasma (RE). Protein yang dimasukkan kedalam membran
kemudian dikeluarkan ke sitoplasma. Namun, ada juga yang masuk ke golgi
terlebih dahulu baru kemudian dilepas ke sitoplasma. Jadi proses pembentukan
lisosom ada 2 macam: pertama dibentuk secara langsung di RE dan kedua oleh
Golgi.
Untuk prosesnya, enzim ini
mempunyai molekul penanda unik, yaitu manosa 6-fosfat
(M6P) yang berikatan dengan oligosakarida terikat-N. Seluruh glikoprotein yang
ditransfer oleh retikulum endoplasma ke cis Golgi memiliki rantai
oligosakarida terikat-N yang identik, dengan manosa di ujung
terminalnya. Untuk membentuk manosa 6-fosfat, cis Golgi membutuhkan
situs pengenalan, yang disebut signal patch, yang memiliki situs H3N+–COO−.
Pembentukan M6P ini memerlukan dua buah enzim, yaitu GlcNac fosfotransferase
yang berfungsi untuk mengikat enzim hidrolitik secara spesifik dan menambah
GlcNac-fosfat ke enzim. Kemudian terdapat enzim kedua yang memotong GlcNac
sehingga membentuk M6P. Satu enzim hidrolitik mengandung banyak oligosakarida
sehingga dapat mengandung banyak residu M6P. Setelah itu, dari cis
Golgi, enzim hidrolitik ini akan ditransfer ke trans Golgi. M6P yang
terikat pada enzim hidrolitik akan berikatan pada reseptor protein M6P yang
berada pada jaringan trans Golgi. Reseptor ini terikat pada membran dan
berguna untuk pemaketan enzim hidrolitik dengan memasukkan enzim tersebut ke
vesikel clathrin coats, dan nantinya vesikel tersebut dikirim ke endosom
lanjut. Pemaketan ini terjadi pada pH 6,5 – 6,7, dan dikeluarkan pada pH 6.
Pada endosom, enzim hidrolitik akan terlepas dari reseptor M6P karena
adanya penurunan pH (menjadi 5). Setelah terlepas, reseptor M6P akan dibawa
oleh vesikel transpor dari endosom kembali ke membran trans Golgi untuk
digunakan kembali. Transpor, baik menuju endosom atau kebalikannya, membutuhkan
peptida penanda (signal peptide) yang terdapat pada ekor sitoplasmik
dari reseptor M6P. Namun demikian, tidak semua molekul dengan M6P dikirim ke
lisosom; ada yang 'lolos' dari pengepakan dan ditransfer ke luar sel. Reseptor
M6P juga terdapat di membran plasma, yang berguna untuk menangkap enzim
hidrolitik yang lolos tersebut dan membawanya kembali ke endosom.
Ada dua pendapat yang berkenaan
dengan asal dan pembentukan lisosom, yaitu:
1.
Berbagai bukti telah ditemukan bahwa protein-protein hidrolitik dibentuk
oleh ribosom yang terdapat pada retikulum endoplasma. Dari retikulum endoplasma
kasar, selanjutnya protein tersebut ditranslokasikan menuju permukaan
pembentukan badan golgi untuk diproses lebih lanjut. Setelah itu,
protein-protein hidrolitik dikemas dan dibungkus dalam bentuk vesikula-vesikula
untuk selanjutnya dilepaskan sebagai lisosom primer.
2.
Protein-protein hidrolitik dibentuk pada ribosom yang terdapat pada retikulum
endoplasma kasar, selanjutnya ia dilepaskan dalam bentuk vesikula menuju daerah
GERL (Golgi associated Endoplasmic Reticulum giving rise to Lisosom) yang
berdekatan dengan daerah permukaan matang badan golgi. Dari GERL, selanjutnya
dilepaskan vesiula-vesikula yang disebut lisosom primer
2.4
Fungsi dan
Peranan Lisosom
Peranan fisiologi lisosom umumnya berhubungan dengan pencernaan
intraseluler. Misalnya pencernaan makanan yang berlangsung pada protozoa dimana
bahan-bahan yang berasal dari luar dicerna secara intraseluler atau heterofagi.
Endositosis merupakan persyaratan bagi pencernaan intraseluler bahan eksogen
dengan molekul tinggi. Bukti menunjukkan bahwa vakuola makanan dihasilkan dari
fusi antara endosom dengan lisosom primer. Dalam darah, terdapat banyak sel-sel fagosit
yang bekerja sebagai penghalang yang efektif dari invasi mikroorganisme atau
benda-benda asing lainnya. Ada empat tipe fagosit darah, yaitu: Polymorpho
Nuclear Neutrofic Leukocytes (PMNs), Eosinofil, Basofil, dan Monosit. Meskipun
keempat tipe tersebut bersirkulasi di dalam darah, neutrofil dan monosit
memiliki kemampuan untuk meninggalkan aliran darah dan mengembara di seluruh
jaringan untuk menghilangkan bahan-bahan asing dalam jaringan dengan cara
memfagositosisnya.
Monosit di dalam jaringan akan berkembang menjadi dewasa dan menjadi
sel-sel makrofag. Berbagai jenis makrofag antara lain histiosit dalam jaringan
pengikat, makrofag alveolar di dalam paru-paru, sel-sel kuffer di dalam
jaringan hati, makrofag pelural di dalam peritoneal, osteoklas di dalam tulang,
sel mikroglia di dalam sistim saraf pusat, sel schwann di dalam serabut saraf
perifer, sel sinvial tipe A di dalam ruang sendi, dan makrofag di dalam
jaringan limfoid dan jaringan ikat (Subowo, 1990).
Lisosom memainkan peranan yang sangat penting dalam resorbsi tulang yang
dilakukan oleh osteoklas. Selain itu, lisosom memegang peranan penting di dalam
sekresi kelenjar tiroid oleh sel-sel epitel dari folikel tiroid. Lisosom memainkan peranan yang sangat penting
selama berlangsungnya fertilisasi pada berbagai jenis hewan termasuk manusia, terutama
selama berlangsungnya reaksi akrosom. Enzim-enzim yang dilepaskan dari vesikula
akrosom melakukan pencernaan terhadap selaput pelindung telur sehingga
memungkinkan sel pronukleid jantan masuk menembus membran telur untuk berfusi
dengan pronuklei betina. Selain itu,
fungsi dan peranan lisosom meliputi endositosis, autofagi dan fagositosis.
1.
Endositosis
Endositosis ialah pemasukan
makromolekul dari luar sel ke dalam sel melalui mekanisme endositosis, yang
kemudian materi-materi ini akan dibawa ke vesikel kecil dan tidak beraturan,
yang disebut endosom awal. Beberapa materi tersebut dipilah dan ada yang
digunakan kembali (dibuang ke sitoplasma), yang tidak dibawa ke endosom lanjut.
Di endosom lanjut, materi tersebut bertemu pertama kali dengan enzim
hidrolitik. Di dalam endosom awal, pH sekitar 6. Terjadi penurunan pH (5) pada
endosom lanjut sehingga terjadi pematangan dan membentuk lisosom
Endositosis dapat dibedakan ke dalam
2 kategori: Bulk-phases endocytosis (dikenal juga sebagai pinositosis)
dan Receptor-mediated endocytosis.
a) Bulk-phases
endocytosis adalah pengambilan cairan dari bagian ekstraselular untuk
dibawa ke bagian dalam sel. Bulk-phases endosistosis juga dapat digunakan untuk
memindahkan bagian dari membran plasma ke organel lain yang membutuhkan dan
mengembalikan kembali bagian tersebut ke membran plasma.
b) Receptor-mediated
endocytosis adalah pengambilan makromolekul (ligand) yang spesifik dari
bagian luar. Makromolekul ini akan terikat pada reseptor yang terletak pada
bagian luar membran plasma.
Molekul yang diambil menuju sel dengan cara endositosis berjalan melewati endocytic
pathway. Ada dua tipe reseptor yang berperan dalam endositosis. Reseptor
tersebut terletak pada bagian luar membran plasma. Reseptor pertama adalah “Houskeeping receptors”, yang bertanggung
jawab dalam pengambilan materi yang akan digunakan oleh sel. Reseptor yang
kedua adalah “Signaling receptors”,
yang bertanggung jawab dalam pengikatan ligan di bagian ekstraseluler yang
membawa pesan untuk mengubah aktivitas di dalam sel. Molekul yang ditangkap
oleh reseptor di membran plasma ditransportasikan ke endosom. Endosom berperan
sebagai pusat pendistribusian selama endositosis berlangsung. Cairan yang
terdapat di dalam endosom di jaga keasamannya dengan adanya sebuah H+-ATPase
di membran endosom. Endosom dapat dibagi menjadi dua, yaitu early endosom yang terletak di daerah
sekitar dalam sel, dan yang kedua adalah late
endosom yang tereletak lebih dekat ke bagian nukleus. Early endosom dan
late endosom dapat dibedakan dari berat jenisnya, pH dan komposisi protein.
Late endosom juga menerima enzim
lisosom yang baru saja disintesis dari bagian trans Golgi network. Enzim ini
dibawa oleh manosa-6-fospat (M6P). M6P akan kembali lagi ke TGN apabila enzim
lisosom telah dimasukkan ke dalam late endosom. Materi yang sudah ada di dalam
late endosom akan dicerna oleh enzim lisosom
2.
Autofagi
Autofagi merupakan proses yang
digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel sendiri,
seperti organel yang tidak berfungsi lagi. Selama proses ini
berlangsung, sebuah organel seperti mitokondria akan diselubungi oleh membran
ganda yang merupakan derivat dari sisterna RE. Membran RE kemudian bergabung
dengan lisosom untuk membentuk autofagolisosom. Mula-mula, bagian dari
retikulum endoplasma kasar menyelubungi organel dan membentuk autofagosom.
Setelah itu, autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan
berkembang menjadi lisosom (atau endosom lanjut). Ketika proses autofagolisosom
selesai, organel yang dicerna dikeluarkan sebagai residual body. Berdasarkan
tipe dari sel yang bersangkutan, isi dari residual body dikeluarkan dari
dalam sel secara eksositosis atau disimpan di dalam sitoplasma disebut lipofuscin
granule. Lipofuscin granule
akan meningkat jumlahnya seiring penambahan umur sel.
Proses ini berguna pada sel hati, transformasi berudu
menjadi katak, dan embrio manusia
Mekanisme
autofagi
Perusakan sel terprogram oleh enzim lisosomnya sendiri
penting dalam perkembangan organisme. Misal, pada waktu kecebong
berubah menjadi katak, ekornya diserap secara bertahap. Sel-sel ekor yang kaya
akan lisosom mati dan hasil penghancuran digunakan di dalam pertumbuhan sel-sel
baru yang berkembang. Pada perkembangan tangan embrio manusia yang semula
berselaput hingga lisosom mencerna jaringan diantara jari- jari tangan tersebut
sehingga terbentuk jari yang terpisah seperti yang kita punyai sekarang.
Proses pencernaan yang terjadi
secara enzimatis di lisosom terdiri dari berbagai macam tergantung dari jenis
dan asal bahan yang akan dicerna. Bila bahan yang dicerna berasal dari luar sel
proses pencernaanya disebut heterofagi, sedangkan bila bahannya berasal dari
dalam disebut autofagi. Kedua proses pencernaan ini banyak dijumpai misalnya
pada mekanisme pertahanan tubuh, nutrisi, dan pengaturan sekresi. Selain kedua
proses pencernaan tersebut yang sifatnya intraseluler, enzim lisosom dapat pula
disekresikan ke luar dari sel atau disebut pencernaan ekstra sel misalnya yang
terjadi pada jaringan ikat hewan dan juga pada jenis jamur. Proses pencernaan
ekstra seluler yang dilakukan oleh lisosom dilakukan dengan mencurahkan isi
lisosom ke dalam daerah ekstra seluler. Jadi pada proses ini yang dicerna
adalah substabsi antar sel, misalnya pencernaan ekstra sel yang mengakibatkan
perubahan tulang dan tulang rawan. Sebagai contoh dalam sel hati, mitokondria
rata-rata berumur 10 hari. Mitokondria yang telah berumur 10 hari dan tidak
berfungsi dilingkupi oleh sebuah organel yang berasal dari membran retikulum
endoplasma membentuk autofagosom. Kemudian autofagosom bergabung dengan lisosom
agar mitokondria dapat dihancurkan oleh enzim hidrolitik.
3.
Fagositosis
Fagositosis merupakan proses
pemasukan partikel berukuran besar dan mikroorganisme seperti bakteri dan virus
ke dalam sel. Pertama, membran akan membungkus partikel atau mikroorganisme dan
membentuk fagosom. Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans
Golgi dan berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut)
Fagositosis dilakukan oleh beberapa tipe sel yang
telah mengalami spesialisasi untuk mendegradasi partikel besar (diameter >
0,5 μm) atau mikroorganisme dari lingkungan.
Kebanyakan
protista seperti amoeba dan siliata memenuhi kebutuhan makanan mereka dengan
cara menangkap partikel makanan atau organisme yang lebih kecil. Partikel
makanan yang ditangkap dimasukkan ke dalam organel yang disebut vakuola atau
fagosom. Vakuola atau fagosom ini berasal dari sebagian kecil (cubitan ke arah
dalam) membran plasma. Fagosom akan bergabung dengan lisosom, sehingga pertikel
makanan yang ditangkap dicerna di dalam fagolisosom.
2.5
Kelainan
Akibat Lisosom
Berbagai kelainan turunan yang
disebut sebagai penyakit penyimpangan lisosom (lysosomal storage disease)
mempengaruhi metabolisme lisosom. Lysosomal storage diseases terjadi karena
mutasi di gen struktural sehingga kekurangan salah satu enzim hidrolitik aktif
yang secara normal ada dalam lisosom. Substrat yang tidak tercerna akan
menumpuk dan mengganggu fungsi seluler lainnya. Penyakit ini sangat jarang
ditemukan, yaitu sekitar 1 dari 7700 kelahiran manusia. Salah satu contohnya
adalah penyakit Pompe.
Penyakit Pompe adalah penyakit
genetik neuromuskular yang dapat terjadi pada bayi, anak-anak, dan manusia
dewasa, yang membawa gen cacat dari orang tuanya. Gejala penyakit ini adalah
perkembangan otot lemah, terutama pada otot untuk bernafas dan bergerak. Pada
bayi, penyakit ini juga menyerang otot jantung. Penyebabnya adalah cacat pada
gen yang bertanggung jawab untuk membuat enzim acid alpha-glucosidase (GAA)
yang terletak pada kromosom 17. Enzim GAA ini hilang atau diproduksi dalam
jumlah sedikit. Fungsi enzim ini untuk memecah glikogen, bentuk gula yang
disimpan pada otot, sehingga terjadi penumpukan glikogen pada lisosom.
Pada penyakit Pompe misalnya, hati
dirusak oleh akumulasi glikogen akibat ketiadaan enzim lisosom yang dibutuhkan
untuk memecah polisakarida. Pada penyakit Tay-Sachs, enzim pencerna lipid
hilang atau inaktif, dan otak dirusak oleh akumulasi lipid dalam sel. Untunglah
penyakit penyimpangan ini jarang ada pada populasi umum. Pada masa mendatang
mungkin penyakit penyimpangan ini dapat diobati dengan menyuntikkan enzim yang
hilang bersama dengan molekul adaptor yang menargetkan enzim-enzim untuk
penelanan oleh sel dan penggabungan dengan lisosom
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Lisosom ditemukan pada tahun 1950 oleh Christian de
Duve dan dipostulatkan olehnya pada tahun 1955 dari data biokimia. Sebelumnya
de Duve dan kawan-kawannya mencoba meneliti kandungan enzim dari fraksi-fraksi
yang dipisahkan dari homogenate sel hati tikus melalui pemusingan atau
sentrifugasi deferensial.
2.
Lisosom adalah organel yang termasuk dalam system
endomembran, produk dari ER kasar dan Golgi apparatus, yang memiliki
keanekaragaman morfologi yakni berbentuk agak bulat dan dikelilingi oleh
membran tunggal bilayer yang digunakan untuk mencerna makromolekul. Lisosom
terdiri dari dua macam, yaitu lisosom primer yang berisi enzim-enzim hidrolase
dan lisosom sekunder yang selain berisi hidrolase juga terdapat substrat yang
sedang dicerna.
3.
Lisosom dibentuk dari protein yang dihasilkan oleh
ribosom dan kemudian masuk ke retikulum endoplasma (RE). Protein yang
dimasukkan kedalam membran kemudian dikeluarkan ke sitoplasma. Namun, ada juga
yang masuk ke golgi terlebih dahulu baru kemudian dilepas ke sitoplasma.
4.
Beberapa fungsi dan peranan lisosom di antaranya:
endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel melalui
mekanisme endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan dibawa ke vesikel
kecil dan tidak beraturan, yang disebut endosom awal; autofagi merupakan proses
yang digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel sendiri, seperti
organel yang tidak berfungsi lagi; dan fagositosis merupakan proses pemasukan
partikel berukuran besar dan mikroorganisme seperti bakteri dan virus ke dalam
sel.
5.
Lysosomal storage diseases adalah penyakit keturunan
yang mempengaruhi metabolisme lisosom, terjadi karena mutasi di gen struktural
sehingga kekurangan salah satu enzim hidrolitik aktif yang secara normal ada
dalam lisosom.
3.2
Saran
Saran yang dapat kami sampaikan
semoga dengan adanya penulisan makalah ini, baik penulis maupun pembaca dapat menjadikan
sumber bacaan untuk menambah wawasan pengetahuan yang berkaitan dengan
organel-organel sel khususnya organel lisosom.
DAFTAR
PUSTAKA
http://jasthyn.blogspot.com/2013/03/makalah-lisosom_3309.html
http://fiapuspita.blogspot.com/2013/03/makalah-lisosom.html
Sumadi dan
Marianti, A., 2007. Biologi Sel.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar